BANJARNEGARA – Wakil Bupati
Banjarnegara Drs. Hadi Supeno, M. Si., menerima penghargaan Prasidatama sebagai
tokoh bahasa Provinsi Jawa Tengah. Penghargaan diserahkan langsung oleh
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Aula Fakultas Ilmu Bahasa Universitas
Negeri Semarang. Bersama pak Hadi
diberikan juga penghargaan tokoh bahasa untuk Amir Machmud N. S., dari Suara
Merdeka dan H. Ahmad Tohari untuk kategori tokoh Sastra Indonesia, beberapa waktu lalu.
Pemberian penghargaan dilakukan
Senin pagi ini. Menurut Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah penghargaan diberikan
kepada Drs. Hadi Supeno, M. Si., didasarkan pada aktivitas beliau nguri-uri
bahasa Jawa. Dalam kategori ini beliau bersaing dengan sejumlah tokoh terkenal
diantaranya walikota Solo. Namun Tim penilai cenderung memilih beliau karena
ada nilai lebih dibanding calon lain, sebab selain pelopor bahasa Jawa pak Hadi
juga terjun langsung dalam nguri-nguri seni budaya Jawa seperti menjadi
Dalang, macapatan, dan seterusnya.
Di dalam pemberian penghargaan
prasidatama oleh Balai Bahasa Provinsi Jateng ini, lanjutnya, ada lima kategori
penghargaan. Ke lima kategori penghargaan tersebut, imbuhnya, yaitu penghargaan
prasidatama untuk tokoh Bahasa Indonesia, tokoh bahasa Jawa, tokoh Sastra
Indonesia, tokoh Sastra Jawa, dan tokoh penggiat bahasa dan sastara.
Setiap kategori, lanjutnya,
diwakili oleh tiga pemenang. Drs. Hadi Supeno, M. Si., lanjutnya, masuk dalam
kategori penerima penghargaan Prasidatama untuk tokoh Bahasa Jawa. Bersama pak
Hadi, lanjutnya, diberikan penghargaan juga pada Dr. Bambang Sadono, SH., M.
H., serta H. Mardiyanto mantan Mendagri dan juga mantan Gubernur Jawa Tengah.
“Semoga dengan penghargaan ini
dapat memacu lebih giat lagi aktivitas pak Hadi dalam nguri-uri bahasa Jawa.
Apalagi di saat dunia pendidikan krisis pendidikan karakter. Sebab bahasa Jawa
dapat dijadikan sarana untuk memberikan pendidikan karakter. Karena bahasa Jawa
mengenalkan etika dan sopan santun kepada pemakainya. Bahasa Jawa mengenalkan
etika dan adab saat bicara dengan sesama, orang lebih muda, dan orang yang
lebih tua, maupun dengan orang yang kita hormati” katanya.
Terpisah, saat dimintai komentarnya
mengenai kegiatan ini, Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes) Prof. Fathur
Rokhman, M. Hum, menyatakan saat ini ada gejala menarik yaitu saat komunikasi
makin mudah dengan adanya kemajuan teknologi, tetapi di sisi lain bahasa nasional
bahasa Indonesia tergerus oleh penggunaan bahasa asing. Hal ini dikarenakan
pengguna teknologi komunikasi merasa lebih gengsi, lebih merasa modern jika
menggunakan istilah bahasa asing dalam komunikasinya.
“Lebih parah lagi, penyerapannya ke
bahasa Indonesia tidak mengikuti struktur yang benar. Inilah era dimana bahasa
asing mendominasi bahasa Indonesia” katanya.
Di lain sisi, lanjutnya, ada gejala
menarik saat nilai bahasa Jawa justru mengalami peningkatan prestise dan tidak
tergerus bahasa asing seperti halnya bahasa Indonesia. Fenomena naiknya
prestise bahasa Jawa, lanjutnya, dapat dilihat di tengah masyarakat saat banyak
hajatan mewah masyarakat dan orang-orang kaya justru minta MC mantennya
menggunakan bahasa kromo inggil.
“Ini kan menarik. Meski mereka
tidak paham dan mengerti betul arti bahasanya namun mereka menghendaki saat
resepsi pernikahan bahasa pengantar MC menggunakan bahasa Jawa” katanya. (**--eko br)